part of mY life'
This is mine
Senin, 18 Februari 2013
Sabtu, 17 November 2012
Valentine's Day
Pada
zaman modern ini, hari Valentine didominasi oleh hati berwarna pink dan yang
dipanah oleh Cupid. Padahal asal-usul perayaan ini justru sangat berbeda jauh
dengan simbol-simbol cinta ini. Valentine sebenarnya adalah seorang biarawan
Katolik yang menjadi martir. Valentine dihukum mati oleh kaisar Claudius II
karena menentang peraturan yang melarang pemuda Romawi menjalin hubungan cinta
dan menikah karena mereka akan dikirim ke medan perang.
Ketika itu, kejayaan kekaisaran Romawi tengah berada di tengah
ancaman keruntuhannya akibat kemerosotan aparatnya dan pemberontakan rakyat
sipilnya. Di perbatasan wilayahnya yang masih liar, berbagai ancaman muncul
dari bangsa Gaul, Hun, Slavia, Mongolia dan Turki. Mereka mengancam wilayah Eropa
Utara dan Asia. Ternyata wilayah kekaisaran yang begitu luas dan meluas lewat
penaklukan ini sudah memakan banyak korban, baik dari rakyat negeri jajahan
maupun bangsa Romawi sendiri. Belakangan mereka tidak mampu lagi mengontrol dan
mengurus wilayah yang luas ini.
Untuk
mempertahankan kekaisarannya, Claudius II tak henti-hentinya merekrut kaum pria
Romawi yang diangap masih mampu bertempur sebagai tentara yang siap
diberangkatkan ke medan perang. Sang kaisar melihat tentara yang mempunyai
ikatan kasih dan pernikahan bukanlah tentara yang bagus. Ikatan kasih dan batin
dengan keluarga dan orang-orang yang dicintai hanya akan melembekkan daya
tempur mereka. Oleh karena itu, ia melarang kaum pria Romawi menjalin hubungan
cinta, bertunangan atau menikah.
Valentine, sang biarawan muda melihat derita mereka yang dirundung trauma cinta
tak sampai ini. Diam-diam mereka berkumpul dan memperoleh siraman rohani dari
Valentine. Sang biarawan bahkan memberi mereka sakramen pernikahan. Akhirnya
aksi ini tercium oleh Kaisar. Valentine pun dipenjarakan. Oleh karena ia
menentang aturan kaisar dan menolak mengakui dewa-dewa Romawi, dia dijatuhi
hukuman mati.
Di
penjara, dia bersahabat dengan seorang petugas penjara bernama Asterius.
Petugas penjaga penjara ini memiliki seorang putri yang menderita kebutaan
sejak lahir. Namanya Julia. Valentine berusaha mengobati kebutaannya. Sambil
mengobati, Valentine mengajari sejarah dan agama. Dia menjelaskan dunia semesta
sehingga Julia dapat merasakan makna dan kebijaksanannya lewat pelajaran itu.
Julia
bertanya,
“Apakah Tuhan sungguh mendengar doa kita?”
“Ya anakku. Dia mendengar setiap doa kita.”
“Apakah kau tahu apa yang aku doakan setiap pagi? Aku berdoa supaya aku dapat
melihat. Aku ingin melihat dunia seperti yang sudah kau ajarkan kepadaku.”
“Tuhan melakukan apa yang terbaik untuk kita, jika kita percaya pada-Nya”,
sambung Valentine.
“Oh, tentu. Aku sangat mempercayai-Nya”, kata Julia mantap. Lalu, mereka
bersama-sama berlutut dan memanjatkan doa.
Beberapa
minggu kemudian, Julia masih belum mengalami kesembuhan. Hingga tiba saat
hukuman mati untuk Valentine. Valentine tidak sempat mengucapkan perpisahan
dengan Julia, namun ia menuliskan ucapan dengan pesan untuk semakin dekat
kepada Tuhan. Tak lupa ditambahi kata-kata, “Dengan cinta dari Valentin-mu”
(yang akhirnya menjadi ungkapan yang mendunia). Ia meninggal 14 Februari 269.
Valentine dimakamkan di Gereja Praksedes Roma.
Keesokan harinya , Julia menerima surat ini. Saat membuka surat, ia dapat
melihat huruf dan warna-warni yang baru pertama kali dilihatnya. Julia sembuh
dari kebutaannya.
Pada
tahun 496, Paus Gelasius I menyatakan 14 Februari sebagai hari peringatan St.
Valentine. Kebetulan tanggal kematian Valentine bertepatan dengan perayaan
Lupercalia, suatu perayaan orang Romawi untuk menghormati dewa Kesuburan
Februata Juno. Dalam perayaan ini, orang Romawi melakukan undian seksual!
Caranya, mereka memasukkan nama ke dalam satu wadah, lalu mengambil secara acak
nama lawan jenisnya. Nama yang didapat itu menjadi pasangan hidupnya selama
satu tahun. Lalu pada perayaan berikutnya mereka membuang undi lagi.
Rupanya
Paus tidak suka pada cara perayaan ini. Karena itulah, gereja sedikit
memodifikasi perayaan ini. Mereka memasukkan nama-nama santo dalam kotak itu.
Selama setahun, setiap orang akan meneladani santo yang tertulis pada undian
yang diambilnya. Untuk membuat acara itu sedikit lucu, gereja juga memasukkan
nama Simeon Stylites. Orang yang mengambil nama ini dianggap apes alias tidak
mujur, soalnya Simeon menghabiskan hidupnya di atas pillar, tidak beranjak satu
kali pun.
Nama
Valentine lalu diabadikan dalam festival tahunan ini. Di festival ini, pasangan
kekasih atau suami istri Romawi mengungkapkan perasaan kasih dan cintanya dalam
pesan dan surat bertuliskan tangan. Di daratan Eropa, tradisi ini berkembang
dengan menuliskan kata-kata cinta dan dalam bentuk kartu berhiaskan hati dan
dewa Cupid kepada siapapun yang dicintainya. Atau memberi perhatian kecil
dengan bunga, coklat dan permen.
Di
zaman modern, kebiasaan menulis surat dengan tangan diangap tidak praktis.
Lagipula, tidak setiap orang bisa merangkaikan kata-kata yang romantis. Lalu
muncullah kartu valentine yang dianggap lebih praktis. Kartu Valentine modern
pertama dikirim oleh Charles seorang bangsawan Orleans kepada istrinya, tahun
1415. Ketika itu dia mendekam di penjara di Menara London. Kartu ini masih
dipameran di British Museum. Di Amerika, Esther Howland adalah orang pertama
yang mengirimkan kartu valentine. Kartu valentine secara komersial pertama kali
dibuat tahun 1800-an.
Sayangnya, dari hari ke hari, perayan Valentine telah kehilangan makna yang sejati. Semangat kasih dan pengorbanan St. Valentine telah dikalahkan oleh nafsu komesialisasi perayaan ini.
Langganan:
Postingan (Atom)